Setelah menikmati kuliner dan berburu street art di Penang, saya melanjutkan perjalanan ke Kamboja. Saya pergi ke tiga kota di Kamboja yaitu Phnom Penh, Battambang dan Siem Reap. Perjalanan yang sangat singkat ini saya lakukan bersama teman saya, Natalia, selama 5 hari 4 malam.
Phnom Penh
Tujuan pertama adalah Kota Phnom Penh, jadi saya berangkat dari Bandara KLIA2, setibanya di bandara Phnom Penh dan keluar dari bandara saya disambut dengan supir tuk-tuk bermodus. Mereka mendatangi saya ternyata memiliki unsur pemaksaan untuk naik tuk-tuk mereka.
Setelah dipepet oleh dua supir bandara, ada tuk-tuk yang lewat tanpa menggunakan seragam. Nggak pakai lama saya langsung memberhentikan si bapak driver. Ia menawarkan $10 saya tawar menjadi $7. Jika tidak ingin mahal lebih baik menggunakan tuk-tuk di luar bandara.

Dari bandara perjalanan kurang lebih 45 menit menuju One Stop Hostel. Phnom Penh merupakan ibukota dari Kamboja, padat dan ramainya hampir sama kayak di Jakarta, menurut saya. Setibanya di hostel, urusan administrasi juga cukup memakan waktu yang lama. Staff hostel susah menemukan booking meski saya sudah memberi print-printan kode booking. Cukup memakan waktu tepatnya!
Karena sudah terlalu sore, kami tidak bisa ke Royal Palace karena sudah gelap padahal lokasinya cukup dekat dari hostel. Akhirnya kami jalan-jalan ke Phnom Penh Night Market. Di sini tidak banyak yang dilihat, sama halnya seperti di pasar seni.
Warung Bali
Setelah muter-muter tidak menghasilkan apa-apa, kami memutuskan untuk makan malam di Warung Bali. Jauh-jauh dari Bali makannya di Warung Bali. Jadi warung ini rekomendasi dari beberapa backpacker. Pemiliknya orang Indonesia dan mereka bukanlah orang Bali. Namanya Pak Kasmin dan Pak Firdaus. Mereka sudah tinggal di Kamboja puluhan tahun.
Kenapa menggunakan nama Bali? Karena semua orang tentunya tau kata “Bali”. Pengunjung yang datang pun juga banyak merupakan turis asing. Tempat ini mudah dicari, dekat dengan Royal Palace, menyajikan makanan Indonesia dan juga khas Kamboja.
Saya penasaran dengan masakan khas Kamboja akhirnya saya memesan Beef Lock Lack dan Mek Cha Merik. Beef Lock Lack terbuat dari potongan daging sapi dengan bawang putih, lemon pepper sauce, tomat, timun dan selada. Mek Cha Merik adalah cumi goreng dengan bawang putih, cabe dan lada. Rasanya gurih saya suka.
Setelah itu saya kembali ke hotel dan bersiap-siap untuk berangkat ke Battambang keesokan harinya. Battambang adalah kota kedua dari perjalanan saya di Kamboja. Ini merupakan sebuah kota kecil dengan destinasi yang menarik juga buat dikunjungi.
Battambang
Dari Phnom Penh saya memesan tiket Cambotra Express 2 hari sebelum keberangkatan melalui www.bookmebus.com. Saya memesan untuk keberangkatan pukul 7 pagi. Kami pun sarapan terlebih dahulu sambil menunggu jemputan. Oh iya, kalo kalian mau ke Kamboja bisa pesan tiket menggunakan aplikasi tersebut, prosesnya cepat dan suka ada diskon.
Ternyata kami dijemput pukul 7.30 oleh staff Cambotra dengan mengggunakan tuktuk. Ketika kami tiba di kantor Cambotra masih harus menunggu hingga pukul 8.30 akhirnya kami dipersilahkan masuk. Kami pun duduk sesuai dengan seat yang kami pesan tapi salah satu staff mengatakan: You missed your seat!!!
Bisa-bisanya mereka bilang saya ketinggalan padahal mereka yang telat menjemput kami di hotel. Cambotra is very not recommended! Akhirnya kami dipindah ke kursi paling belakang yang super nggak nyaman untuk perjalanan selama 8 jam.
Perjalanan ini sempat berhenti dua kali yaitu di pom bensin dan kemudian di salah satu restoran yang nggak paham sama menu makanannya. Kami terpaksa makan pop mie dan tidak ada yang bisa berbahasa Inggris. Setelah hampir 8 jam perjalanan saya tiba di perhentian pertama yang ternyata sangat dekat dengan hotel saya menginap.

Ternyata saya sudah ditunggu oleh staf hotel yang juga merupakan supir tuktuk. Saya menginap di Asia Hotel Battambang. Setelah berunding dengan supir tuktuk, kami check-in dan bersiap pergi tur Bamboo Train dan Bat Cave atau Gua Kalelawar dengan Mr. Bunchan.
Bamboo Train Battambang
Dari Asia Hotel perjalanan kurang lebih 30 menit saya super excited dengan bamboo train atau kereta bambu. Seperti namanya, kereta ini terbuat dari rakitan bambu atau hampir sama kayak getek dan pengoperasiannya menggunakan mesin perahu kecil. Di bagian bawah diberi roda sesuai dengan lintasan kereta api. Saya benar-benar ngotot pergi ke Battambang meski hanya 2 hari 1 malam demi menikmati bamboo train.

Keunikan dari kereta bambu ini adalah mereka hanya menggunakan satu jalur baik dari kedua arah. Jadi jika ada yang datang dari arah berlawanan, salah satu harus mengalah dengan menurunkan bambu, mesin dan roda untuk mempersilahkan mereka lewat. Sesama supir di sini saling membantu untuk menurunkan dan memasang kembali kereta bambu.

Kereta bambu bisa menampung lebih dari 15 orang. Di ujung perjalanan kami berhenti di salah satu desa bernama O Sra Lav diberikan waktu kurang lebih 15 menit jika ingin membeli souvenir atau cinderamata. Saya membeli 3 syal ukuran paling kecil seharga $5,5. Oh iya, kalau ke sini siap-siap dipepet dan dikepung sama anak-anak kecil di sini. Hihihi.
Untuk menikmati bamboo train seharga $5 per orang. Saya tinggal duduk cantik sambil melihat pemandangan alam di kanan kirinya yang tak kalah indahnya dan bisa melihat beberapa rumah penduduk. Jangan lupa memberi tips kepada driver yang mengemudikan kereta bambu. Meski hanya duduk di kereta bambu, saya happy dengan trip ini.
Killing Caves Phnom Sampeau

Setelah puas menikmati bamboo train, saya melanjutkan perjalanan ke Phnom Sampeau. Di sini salah satu destinasi yang wajib dikunjungi ketika tandang ke Battambang. Setibanya di area ini, kami disambut dengan para ojek yang menawarkan ke atas gua yang ada di sini untuk melihat sunset. Akhirnya saya iyakan dan Mr. Bunchan menunggu di bawah.

Sebenarnya kalau mau trekking sampai atas bisa, sayangnya kami datang sudah terlalu sore. Di atas saya bisa melihat kota Battambang, kawanan monyet, beberapa kuil dan sunset yang tidak sesuai dengan ekspekasi. Setelahnya, saya turun ke bawah untuk menunggu kalelawar keluar dari gua. Seru banget melihat mereka keluar dari gua dengan sangat cepat dengan latar belakang matahari tenggelam.

Di sini juga banyak warung yang berada tepat di depan kalelawar keluar dari gua, sehingga waktu menunggu bisa dihabiskan di sini.
Setelah puas, kami kembali ke hotel dan mencari makan malam ke Nary Kitchen. Warung ini termasuk dalam 5 besar di TripAdvisor, saya mencoba nasi karinya yang lumayan enak dan ada wi-fi. Haha.
Esok harinya kami mencari kopi dan menunggu untuk makan siang di Cafe Hope of Children (H.O.C). Kopinya dan makanannya juga enak, non MSG dan juga harga yang terjangkau. Kalau mau cari makanan sehat wajib ke sini. Setelah itu kami kembali ke hotel menunggu jemputan Mekong Express bertolak ke Siem Reap.
No Comment